Rabu, 17 Juli 2013

Pengobatan Depresi akibat takut menderita penyakit berat (Hipokondria)

Waspada terhadap suatu penyakit memang perlu, tapi kalau sampai ketakutan, jangan-jangan Anda sudah terkena sindroma hipokondria.

Merasa diri “sakit” gara-gara takut terkena penyakit. Gangguan ini dikatakan lebih menyangkut ketidak beresan mental ketimbang fisik.

Begitu membaca sebuah tulisan di majalah yang membahas panjang lebar tentang kekeroposan tulang, tiba-tiba dalam hati Anda berkata, “Wah, jangan-jangan tulang saya juga keropos nih!” Pasalnya, belakangan Anda juga sering merasa ngilu tulang. Di saat lain, ketika mendengar seorang teman terkena penyakit kanker otak, Anda pun merasa khawatir jangan-jangan Anda juga terkena penyakit yang sama karena sering pusing.

Asosiasi Psikiater Amerika pada 1968 pun sudah menyimpulkan, timbulnya kondisi seperti itu gara-gara perhatian berlebihan terhadap tubuh sendiri. Mereka menghubungkan kelainan ini dengan kelainan obsesif-kompulsif dan depresi. Rasa takut ini sama halnya dengan seseorang yang fobi terhadap ular atau ketinggian. Namun pada kasus hipokondria, rasa takut berpusat pada penyakit.

Gejalanya antara lain, setiap saat penderita sibuk membicarakan penyakit atau kesehatannya. Gejala penyakit yang dia rasakan sering diungkapkan secara berlebihan. Misalnya, bila lengan tiba-tiba terasa baal, orang normal mungkin hanya berkomentar, “Lengan saya baal, mungkin waktu tidur tadi tertindih”. Tapi penderita hipokondria menyimpulkan, “Aduh, jangan-jangan saya menderita penyempitan pembuluh darah, nih!”.

Seseorang juga dikatakan menderita hipokondria bila rasa takut terhadap penyakit sampai menganggu pekerjaannya.

Sebenarnya, perasaan seperti itu bisa lebih mudah dihindari andaikan lingkungan hidup zaman sekarang tidak begitu ingar-bingar dengan segala macam peringatan terhadap bahaya zat-zat yang terdapat dalam makanan, atau pelbagai penyakit. Tambahan pula, iklan-iklan tentang penyakit dalam rangka promosi obat-obatan tidak membuat orang semakin tenang. Kita seperti diyakinkan bahwa kematian mengintai setiap hari.

Gejala hipokondria mencapai tingkat paling serius bila sudah sampai ke fase yang menakutkan bagi penderita. Demikian takutnya, sampai kegiatan utamanya Cuma nongkrong di tempat praktik dokter atau ruang gawat darurat, serta terus menerus mengkonsumsi obat. Bagi mereka, gejala-gejala yang dirasakan memang ada, dan rasa sakit mereka tidak dibuat-buat.

Walaupun pada kasus-kasus tertentu gejala dan kekhawatiran ini bersifat terus-menerus, rata-rata penderita mengalami “serangan” secara periodik. Hanya di saat khawatir, tak terkendali. Baru setelah hasil tes kesehatan menyatakan tidak terdapat hal-hal yang mengkhawatirkan, mereka akan mempercayainya dan untuk sementara merasa sehat sampai “serangan khawatir” datang lagi.

Hipokondria adalah kecemasan yang berlebihan terhadap satu atau beberapa penyakit. Penderita hipokondria akan selalu menanggapi keluhan-keluhan fisik dengan sangat serius, dan menyimpulkan bahwa dia menderita penyakit tertentu.

Contoh:
Orang normal jika batuk akan menganggap dia sedang batuk saja.
Penderita hipokondria jika batuk berpikir bahwa dia terkena TBC, atau bahkan kanker paru atau bahkan gejala HIV/AIDS.

Kecemasan seorang penderita hipokondria tidak sebatas meyakininya saja, tetapi diikuti dengan tindakan, misalnya bolak-balik ke Dokter, berulang kali melakukan rontgen, sampai sering ke lab.

Terkadang setelah cek lab pun orang tersebut masih berpikir apakah jarum yang digunakan steril, higienis, dan lain-lain.

Hal ini disebabkan penderita hipokondria selalu meragukan atau bahkan tidak percaya dengan hasil pemeriksaan dokter/Lab yang ia terima. Padahal hasilnya sudah akurat.

Selanjutnya dia akan mengunjungi dokter/Lab lain yang dianggapnya lebih pintar, dan sebagainya.

Dalam dunia psikiatri, hipokondria termasuk ke dalam gangguan mental atau psikis. Biasanya ditandai dengan perhatian berlebih terhadap kesehatan tubuh sendiri. Pikiran penderita selalu terpusat pada imajinasi tentang penyakit gawat yang menyerang tubuhnya, sehingga kehidupan pribadi dan sosialnya terganggu.

Penyebab hipokondria umumnya adalah trauma, kecemasan, emosi negatif yang dipendam, beban emosional dan konflik psikologis.

Penanganan 

Setiap orang pasti memiliki bagian organ tubuh yang lemah. Ada yang di saat-saat genting tiba-tiba malah sulit berbicara atau tak mampu bangun dari tempat tidur. Di bawah sadar, ini memang cara untuk menghindari situasi yang mengancam.

Sigmund Freud berpendapat bahwa gejala semacam itu adalah penyakit fisik yang bersumber pada konflik psikologis. Penanganannya tentu tidak secara fisik, tapi dengan terapi psikologis.

Para dokter memang menemukan kesulitan mendiagnosis hipokondria karena gejala yang rata-rata tidak jelas atau meragukan: keluhan sakit punggung, sakit dada, pusing, lelah, sembelit. Para dokter pun acap kali enggam mengambil risiko salah. Bila dokter mendiagnosis hipokondria padahal ternyata pasien benar-benar sakit, bukankah ia bisa dituntut (khususnya di AS)? Alhasil, pasien mendapatkan terapi seperti orang sakit fisik. Sedangkan terapi psikologis yang mungkin lebih diperlukan, malah diabaikan.

Cara menyembuhkan penderita hipokondria sebenarnya tergantung pada berat tidaknya gangguan itu dan apakah berhubungan dengan perilaku obsesif kompulsif atau depresi. Pertama-tama bisa dicoba dengan tehnik modifikasi perilaku yang dipusatkan pada fobia yang dideritanya.

Menurut penelitian Universitas Oxford, 80% penderita berhasil disembuhkan dengan terapi psikologi kognitif (yang memberikan pengertian atau kesadaran) oleh ahli psikologi. Cara ini menurut seorang ahli akan kecemasan dan jauh lebih baik daripada hanya memberikan obat-obatan.

Mengobati kelainan hipokondria memang tergantung pada kemauan diri sendiri. Hanya mengandalkan dokter atau ahli terapi tidak cukup. Lakukan proses perenungan. Kadang kala yang diperlukan hanya sedikit menenangkan diri. Dorongan dari pasangan atau psikolog yang kita percayai dapat membantu. Mungkin nasihat atau hiburan mereka dapat menunjang kepulihan dan menyembuhkan kecemasan Anda.

Accurate Health Center Medan merupakan pusat pengobatan konsultasi psikologi dan hipnoterapi seorang seorang ahli psikolog dan hipnoterapis akan membantu pasien yang mengalami depresi akibat takut menderita penyakit berat atau disebut Hipokondria. Pasien akan diberikan berbagai terapi kejiwaan, seperti modifikasi perilaku, terapi kognitif, psikoterapi, hipnoterapi, terapi motivasi sampai kepada terapi penenangan, seperti terapi pernafasan, yoga psikologi, meditasi psikologi, dsb. Pengobatan secara akupunktur juga akan Accurate Health Center berikan guna untuk menurunkan titik depresi dan melancarkan darah/memperbaiki keluhan fisik yang dialami pasien.

Pengobatan "Accurate" Health Center merupakan pengobatan yang aman, alami dan tanpa efek samping. Rahasia Terjamin.

Hubungi "Accurate" Health Center untuk penangananya.

"Accurate" Health Center Medan
Jl. Tilak No. 76 (Simpang Demak)
Telp. (061) 7322480
Medan

Website : Http://www.accuratehealth.blogspot.com 

Related Posts

Pengobatan Depresi akibat takut menderita penyakit berat (Hipokondria)
4/ 5
Oleh