Menjadi ayah dan ibu, adalah hal yang mudah. Namun menjadi figur orang tua, ternyata bukanlah hal yang mudah.
Banyak orang yang bisa melahirkan anak, namun mengalami kesulitan dalam mendidik anak-anaknya.
Seringkali kita dengar, orangtua yang mengeluh bahwa anaknya sulit untuk diatur, sulit untuk diajari hal2 yang baik.
Namun sebenarnya, sebagai orangtua, kita perlu merenungi sikap dan perilaku kita sendiri terlebih dahulu. Karena anak ternyata lebih mudah belajar dengan meniru dari apa yang dilakukan oleh orangtuanya.
Contohnya, jika orangtua merokok, lalu menasehati anaknya agar kelak tidak merokok.
Bagaimana mungkin bisa mengajarkan anak agar berbakti pada orangtua, jika saat ini anak sering kali melihat ayah ibunya menentang kakek dan neneknya?
Nasehat yang diberikan justru bertentangan dengan apa yang dilihat, didengar dan dialami oleh anak tsb, maka nasehat yang disampaikan menjadi tidak efektif.
Karena itu memberikan teladan, contoh yang baik dalam ucapan dan perbuatan bahkan pikiran, adalah suatu hal yang amat penting dalam mendidik anak.
Orangtua menyekolahkan anak2nya di sekolah yang baik. Memberikan bekal ilmu dan pendidikan. Namun keliru, jika orangtua menganggap bahwa tugas mendidik anak, adalah tugas dan kewajiban para guru saja.
Memang peranan guru penting, namun peranan orangtua jauh lebih penting. Orangtua adalah ‘guru’ yang pertama bagi sang anak. Dimana pada usia awal anak, adalah tahap penting bagi pembentukan karakter si anak.
Di rumah, anak justru bisa mendapat perhatian dan pengarahan yang lebih dari orangtuanya ( ketimbang guru yang harus memperhatikan sekian banyak anak2 di kelas ), maka arahan dan teladan orangtua menjadi sangat penting bagi perkembangan sang anak tadi.
Dalam Dhamma dijelaskan ada 3 jenis anak, yaitu :
1. Anak yang lebih baik dari orangtuanya.
Misalnya : orangtuanya sukses, si anak bisa lebih sukses.
Orangtuanya punya rumah satu, si anak mampu punya rumah lebih dari satu.
2. Anak yang biasa, sama dengan orangtuanya.
Orangtuanya punya rumah satu, si anak juga punya rumah satu.
3. Anak yang lebih buruk dari orangtuanya.
Orangtuanya punya rumah satu, si anak tinggal di rumah sewa.
Dan semua orangtua tentunya berharap kelak anaknya menjadi lebih hebat dan lebih sukses daripada dirinya. Berharap agar anaknya menjadi jenis yang pertama seperti yang dikatakan di dalam Dhamma.
Lantas bagaimana caranya orangtua agar dapat mempersiapkan anaknya untuk menjadi manusia2 yang lebih baik, lebih sukses dan bahagia kelak?
Ada 2 hal untuk mencapai sukses :
Pertama adalah kemauan untuk terus belajar dan berusaha.
Kedua adalah kebajikan atau perbuatan baik.
Harus ada kedua hal ini, baru seseorang bisa sukses.
Jika seseorang hanya bekerja keras, tapi tidak berbuat baik, maka tidak ada timbunan buah kamma baiknya, sehingga ia sulit untuk sukses.
Atau jika seseorang hanya berdoa dan berbuat baik, tetapi tidak mau berusaha atau bekerja, lalu bagaimana juga dia bisa sukses?
Hal ini berlaku juga dalam menyokong anak kita agar kelak menjadi sukses dan bahagia.
Memberikan pendidikan yang baik di sekolah, mendukung dan memberikan pelajaran2 tambahan sesuai dengan minat, hobi ataupun bakat sang anak. Ini berarti orangtua telah memberikan bekal untuk anak agar mampu berusaha dan bekerja nantinya dalam masyarakat.
Hal kedua yang perlu dilakukan adalah orangtua sering mengkondisikan anak untuk berbuat baik. Misalnya, rutin mengajak anak pergi bersama untuk melakukan fangshen. Biarkan si anak juga ikut melakukannya, seperti melepas burung.
Diharap sang anak akan terbiasa melakukan perbuatan baik dan senang melakukan perbuatan baik.
Sehingga anak ini akan memiliki timbunan kamma baik yang bisa mendukung kesuksesan dan kebahagiaannya kelak.
Banyak orang yang bisa melahirkan anak, namun mengalami kesulitan dalam mendidik anak-anaknya.
Seringkali kita dengar, orangtua yang mengeluh bahwa anaknya sulit untuk diatur, sulit untuk diajari hal2 yang baik.
Namun sebenarnya, sebagai orangtua, kita perlu merenungi sikap dan perilaku kita sendiri terlebih dahulu. Karena anak ternyata lebih mudah belajar dengan meniru dari apa yang dilakukan oleh orangtuanya.
Contohnya, jika orangtua merokok, lalu menasehati anaknya agar kelak tidak merokok.
Bagaimana mungkin bisa mengajarkan anak agar berbakti pada orangtua, jika saat ini anak sering kali melihat ayah ibunya menentang kakek dan neneknya?
Nasehat yang diberikan justru bertentangan dengan apa yang dilihat, didengar dan dialami oleh anak tsb, maka nasehat yang disampaikan menjadi tidak efektif.
Karena itu memberikan teladan, contoh yang baik dalam ucapan dan perbuatan bahkan pikiran, adalah suatu hal yang amat penting dalam mendidik anak.
Orangtua menyekolahkan anak2nya di sekolah yang baik. Memberikan bekal ilmu dan pendidikan. Namun keliru, jika orangtua menganggap bahwa tugas mendidik anak, adalah tugas dan kewajiban para guru saja.
Memang peranan guru penting, namun peranan orangtua jauh lebih penting. Orangtua adalah ‘guru’ yang pertama bagi sang anak. Dimana pada usia awal anak, adalah tahap penting bagi pembentukan karakter si anak.
Di rumah, anak justru bisa mendapat perhatian dan pengarahan yang lebih dari orangtuanya ( ketimbang guru yang harus memperhatikan sekian banyak anak2 di kelas ), maka arahan dan teladan orangtua menjadi sangat penting bagi perkembangan sang anak tadi.
Dalam Dhamma dijelaskan ada 3 jenis anak, yaitu :
1. Anak yang lebih baik dari orangtuanya.
Misalnya : orangtuanya sukses, si anak bisa lebih sukses.
Orangtuanya punya rumah satu, si anak mampu punya rumah lebih dari satu.
2. Anak yang biasa, sama dengan orangtuanya.
Orangtuanya punya rumah satu, si anak juga punya rumah satu.
3. Anak yang lebih buruk dari orangtuanya.
Orangtuanya punya rumah satu, si anak tinggal di rumah sewa.
Dan semua orangtua tentunya berharap kelak anaknya menjadi lebih hebat dan lebih sukses daripada dirinya. Berharap agar anaknya menjadi jenis yang pertama seperti yang dikatakan di dalam Dhamma.
Lantas bagaimana caranya orangtua agar dapat mempersiapkan anaknya untuk menjadi manusia2 yang lebih baik, lebih sukses dan bahagia kelak?
Ada 2 hal untuk mencapai sukses :
Pertama adalah kemauan untuk terus belajar dan berusaha.
Kedua adalah kebajikan atau perbuatan baik.
Harus ada kedua hal ini, baru seseorang bisa sukses.
Jika seseorang hanya bekerja keras, tapi tidak berbuat baik, maka tidak ada timbunan buah kamma baiknya, sehingga ia sulit untuk sukses.
Atau jika seseorang hanya berdoa dan berbuat baik, tetapi tidak mau berusaha atau bekerja, lalu bagaimana juga dia bisa sukses?
Hal ini berlaku juga dalam menyokong anak kita agar kelak menjadi sukses dan bahagia.
Memberikan pendidikan yang baik di sekolah, mendukung dan memberikan pelajaran2 tambahan sesuai dengan minat, hobi ataupun bakat sang anak. Ini berarti orangtua telah memberikan bekal untuk anak agar mampu berusaha dan bekerja nantinya dalam masyarakat.
Hal kedua yang perlu dilakukan adalah orangtua sering mengkondisikan anak untuk berbuat baik. Misalnya, rutin mengajak anak pergi bersama untuk melakukan fangshen. Biarkan si anak juga ikut melakukannya, seperti melepas burung.
Diharap sang anak akan terbiasa melakukan perbuatan baik dan senang melakukan perbuatan baik.
Sehingga anak ini akan memiliki timbunan kamma baik yang bisa mendukung kesuksesan dan kebahagiaannya kelak.
Pentingnya Pendidikan Moral Untuk Anak
4/
5
Oleh
Unknown